Pinokio dan Hadiah Natalnya
Drama Natal
Scream --- 25 Desember 2010
Scream --- 25 Desember 2010
Pinokio dan Hadiah Natalnya
Casts :
No. | Peran | Pemain | Karakter |
1 | Pinokio | Periang, polos, berkemauan keras, mudah diajar, bersemangat tinggi, ekspresif | |
2 | Gepetto | Sabar, penuh kasih, rela berkorban | |
3 | Malaikat Biru | Bijaksana, berwibawa, tegas tapi lembut | |
4 | Gadis Penjual Korek Api | Penurut, mudah mengampuni & bersyukur | |
5 | Teman Nakal 1 | Nakal, suka mengejek, kata-katanya kasar | |
6 | Teman Nakal 2 | Nakal, suka mengejek, kata-katanya kasar | |
7 | Ibu Gadis Korek Api | Galak, tidak ada kasih | |
8 | Yunus | Ramah, sadar akan kesalahannya | |
9 | Narator |
Scene 1
---Sound 1 ON--- (Pinokio & Gepetto masuk panggung, Gepetto mulai membuat Pinokio) | |
Narator | Pada suatu masa, hiduplah seorang tukang kayu bernama Gepetto. Ia sudah tua dan amat kesepian tanpa memiliki keluarga ataupun sanak saudara yang hidup bersamanya. Suatu hari Gepetto membuat sebuah boneka kayu berbentuk seorang anak laki-laki. |
Gepetto | (berdoa) Ya Tuhan, aku ingin sekali memiliki seorang anak laki-laki untuk menemaniku di masa tuaku. Tapi aku tahu Tuhan, mana mungkin itu bisa terjadi, karena aku sudah tua dan tidak mempunyai istri. ---Sound 1 fade out--- |
Narator | Tiba-tiba muncullah Malaikat Biru dan berbicara kepada Gepetto. ---Sound 2 ON sampai habis--- |
Malaikat Biru | Jangan takut, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah... |
Gepetto | (bengong, terkesima) |
Malaikat Biru | Sesungguhnya engkau akan mengandung... |
Gepetto | (tambah bengong, tapi nurut aja) |
Malaikat Biru | ....dan akan melahirkan seorang anak laki-laki... eh, tunggu..tunggu..kamu bukan Maria ya? Kok prasaan gak mirip? |
Gepetto | Saya Gepetto.. |
Malaikat Biru | Oh, ehm... salah kalau begitu (masih gaya berwibawa) Ganti dialog..ehm, begini Gepetto, Tuhan telah mendengarkan doa kamu, dan sekarang juga, boneka kayu yang kamu buat ini akan hidup dan menjadi anakmu.. ---Sound 3 ON sampai habis--- |
Pinokio | (hidup dan bangun) Papa! ---Sound 4 ON--- |
Gepetto | Aku punya anak! Terimakasih Tuhan! Engkau benar-benar baik... Aku yakin, mulai sekarang aku pasti akan sangat bahagia... |
(semua keluar panggung) |
Scene 2
Narator | Gepetto dengan sukacita mendaftarkan Pinokio untuk sekolah. Hari-hari pertama mereka bersama sangat menyenangkan. ---Sound 4 OFF fade out--- ---Sound 5 ON--- Tetapi, beberapa hari kemudian, saat Gepetto sedang bekerja, Pinokio pulang dari sekolah dengan wajah yang kesal. |
Gepetto | Ada apa, anakku? |
Pinokio | Aku diledekin sama temen-temen di sekolah, Pa. Kata mereka aku aneh... Pino cape diledekin terus.. |
Gepetto | Ya udah, kamu jangan sedih ya. Sebentar lagi hari Natal, nanti Papa belikan kado yang baguuuss banget buat kamu. Kamu mau apa, Nak? |
Pinokio | Ga mau! Pino cuma mau jadi manusia biasa, sama kayak temen-temen Pino! Pino ga mau yang laen, Pa! (pergi) |
Narator | Mendengar itu, Gepetto sangat bingung dan hanya bisa terdiam. |
Gepetto | (berdoa) Tuhan, aku memohon agar Engkau mau mengubah anakku menjadi manusia biasa seperti yang dia inginkan..Tolong ya Tuhan, aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.. ---Sound 5 OFF fade out--- |
Narator | Malaikat Biru kembali muncul di hadapan Gepetto. ---Sound 6 ON sampai habis--- |
Malaikat Biru | Wahai Gepetto yang terkasih, Tuhan telah mendengar doamu dan berkenan mengabulkannya, tetapi ada satu syarat yang harus kau penuhi. |
Gepetto | Apa syaratnya? Apapun itu, saya bersedia, demi Pinokio. |
Malaikat Biru | Ikut saya. |
(Gepetto & Malaikat Biru keluar) |
Scene 3
Narator | ---Sound 7 ON sampai habis--- ---Sound 8 ON--- Esok paginya, Pinokio bersiap-siap pergi ke sekolah, tetapi dengan wajah yang muram, sudah terbayang olehnya, hari ini ia akan kembali bertemu dengan teman-temannya yang nakal. |
Gepetto | Pinokio, kemari sebentar. (Pinokio mendekat). Dengarkan Papa, kamu harus rajin belajar dan pergi ke sekolah ya. Jadilah anak yang baik dan taat sama Tuhan. |
Pinokio | Hmm.. (hanya menggumam enggan). Pino berangkat ya Papa. |
Gepetto | (baru Pinokio jalan beberapa langkah, Gepetto menyusul dan memeluknya) Ingat ya Pino, Papa sangat menyayangimu. (sambil terisak) Bagi Papa, kamu sangat berharga. |
Pinokio | Aduh Papa apaan sih peluk-peluk, Pino buru-buru nih mau berangkat, takut telat. Udah ya. Dah Papa. |
Gepetto | Dah, Pino.. |
(Pinokio keluar, Gepetto mengambil peralatan kerjanya lalu keluar) ---Sound 8 OFF fade out--- |
Scene 4
Narator | Dan berangkatlah Pinokio ke sekolah, seperti biasa. Tetapi di tengah jalan, tiba-tiba ia berubah pikiran. |
Pinokio | Aduh, aku jadi males nih ke sekolah. Pasti nanti aku diejekin lagi sama temen-temen. Ah, mendingan aku bolos aja! Papa juga gak akan tau. |
Narator | Maka Pinokio benar-benar membolos, ia pergi bermain-main sendirian. |
Pinokio | La-la-la-la-la.... |
(teman-teman nakal datang) ---Sound 9 ON sampai setengah, lalu fade out--- | |
Teman Nakal 1 | Eh, liat deh, siapa tuuh? Si manusia kayu yang geraknya kaya robot...hahahaha |
Teman Nakal 2 | Iya ! Heh, Pinokio, ngapain kamu di sini ?! Waah, kamu bolos sekolah juga ya? Dasar, anak baru ngikut-ngikutin kita aja! |
Teman Nakal 1 | Huuu, jelek..weeek... |
Pinokio | Aduh, kalian diem dong.. |
Teman Nakal 2 | Tau gak, serangga apa yang paling ditakutin sama Pinokio? (nada menyindir) |
Teman Nakal 1 | Apa? Kecoa, mungkin? |
Teman Nakal 2 | Bukaaan... |
Teman Nakal 2 | Rayap!!! Dia kan kayu, kalo digigitin rayap, pasti abis badannya jadi bubuk-bubuk kayu! Wahahahahahaha!!! |
Teman Nakal 1 | Iya! Kasian banget deh..manusia aneh...hahahaha |
Pinokio | Diem..kalian diem..jangan ledekin Pino lagi... (menutup kuping) ---Sound 10 ON--- |
Teman Nakal 2 | (malah makin sengaja) Huu, Pino jelek.. Pino aneh.. Liat aja tuh, udah geraknya kaku, ngomongnya gagap-gagap.. Iiihh.. |
Teman Nakal 1 | Weeek.week..jelek.... |
Pinokio | Dieem, nanti Pino--- |
Teman Nakal 2 | (menyela) Apa?! Emang kamu bisa apa?! Coba kalo berani! |
Teman Nakal 1 | Iya, dasar penakut, bisanya ngomong doang! |
Pinokio | Aaaahh, pergi kalian! (emosi, melempar batu) Kalian nakal, jahat! Pergi, pergi!!! |
Teman Nakal 2 | Yaudah pergi aja yuk, iiih sereeem ada orang gila! Wahaha! |
(teman-teman nakal pergi, masih sambil tertawa-tawa. Pinokio terduduk di tanah dengan sedih) | |
Pinokio | (menangis) Kenapa sih semuanya jahat sama Pino..? (lalu bangun) ---Sound 10 OFF fade out-- |
Narator | Tiba-tiba berdentanglah lonceng yang menandakan tepat pukul 12 siang, ---Sound 11 ON sampai habis--- tanah di dekat Pinokio berdiri, berguncang hebat. ---Sound 12 sampai habis--- |
Pinokio | (Jatuh, waktu bangun, sudah berubah menjadi manusia biasa) ---Sound 13 ON sampai habis--- Lho? Pino kok..? Pino udah berubah jadi manusia biasa, wah..iya! (cara ngomong udah normal) Kok bisa ya? Horeee! Asiiik, sekarang Pino udah sama kayak yang laen, Pino gak akan diejekin lagi! Pino mau pulang ah, mau kasi tau Papa! (keluar panggung, bersemangat) |
Narator | Pulanglah Pinokio ke rumahnya dengan sangat gembira. |
Scene 5
---Sound 14 ON--- (di panggung, Gepetto sudah duduk kaku di kursi, Pinokio datang) | |
Pinokio | (berteriak dari jauh) Papa! Papa! Liat deh, Pino udah jadi manusia biasa! Hebat ya Pa! Pino juga ga tau kenapa, tadi kan Pino--- (berhenti ngomong, menyadari Gepetto tidak bereaksi sedikitpun) Pa? Pa? Papa kok diem aja? Pa?! (terus mengguncang-guncangkann bahu Gepetto tapi tetap kaku seperti patung, Pinokio putus asa lalu berdoa) Tuhan, papa Gepetto kenapa? Pino nyesel, Pino nyesel, tadi Pino nakal, Pino ga taat sama papa...huhu..maafin ya Tuhan... |
Malaikat Biru | (muncul) Pinokio, apa kamu tahu, mengapa sekarang kamu telah berubah menjadi manusia biasa? |
Pinokio | Enggak... |
Malaikat Biru | Itu karena ada PERTUKARAN... Kemarin malam, papa Gepetto berkata dia bersedia diubah menjadi boneka kayu seperti dirimu dahulu, agar kamu bisa bahagia menjadi manusia biasa. Tepat pukul 12 siang tadi, kalian telah bertukar wujud. |
Pinokio | (terkejut, menatap Gepetto dengan tidak percaya) Tapii..tapii.. tapi Pino ga mau kalo Papa jadi boneka kayu seperti ini... Ini salah Pinokio, harusnya Pino gak marah-marah ke papa minta jadi manusia biasa. Pino nyesel, Malaikat.. Pino mau papa kembali seperti dulu.. |
Malaikat Biru | Kalau kamu menyesal, itu bagus.. Tetapi tetap ada yang harus kamu lakukan... |
Pinokio | Apa itu? |
Malaikat Biru | Kamu harus membawa papa Gepetto ke Bukit Harapan.. Di sanalah aku akan menemuimu lagi nanti. Semoga berhasil, Pinokio. (pergi) ---Sound 14 fade out--- |
Pinokio | Ah, baiklah Papa, ayo kita pergi, ke Bukit Harapan! (dengan susah payah Pinokio memapah Gepetto keluar panggung) |
Narator | Maka segeralah mereka berangkat menuju Bukit Harapan, dengan membawa harapan yang besar. Mereka baru menempuh separuh perjalanan, saat tiba di tepi laut. |
Scene 6
Narator | Pinokio dan Gepetto menyeberangi laut dengan perahu kecil. Berharap segera sampai ke sebuah bukit yang terlihat samar-samar di seberang. ---Sound 15 ON sampai habis---Namun di tengah laut, sesuatu yang tidak terlihat menghantam perahu mereka, sampai terbalik. ---Sound 16 ON sampai habis--- |
(masih gelap) | |
Pinokio | Aduh Papa, kita ada di mana ya ini? Gelap, dindingnya lembek, dan---ukh, bau sekali tempat ini! (nyalain korek api) |
Yunus | (begitu melihat cahaya korek) Wah, ternyata ada orang lain juga di perut ikan ini selain saya! |
Pinokio | Hoa? Kita di dalem perut ikan?! |
Yunus | Ya! Aku Yunus, saya udah 2 hari ada di dalam perut ikan besar ini, karena saya ga taat sama Tuhan, Tuhan nyuruh saya ke Niniwe, tapi saya malah ke Tarsis. Duh, kapok deh, mulai sekarang ga akan lagi deh ga taat sama Tuhan. Tuhan lagi ngajarin saya kalo ketidaktaatan kita sama Tuhan pada akhirnya cuma ngbawa kerugian buat kita sendiri. |
Pinokio | Pino juga ga mau lagi ga taat sama Papa. Sekarang, gimana ya caranya kita keluar dari sini? Ah, kita loncat-loncat aja biar ikannya jadi mules trus muntahin kita keluar! |
Yunus | Yakin nih bakal berhasil? Ya udah lah, kita coba! ---Sound 16 ON sampai habis--- |
(video ikan besar muntah, Pinokio matiin koreknya, jadi gelap lagi. Lalu video selesai, bunyi gedebuk, lampu nyala) | |
Yunus | (batuk-batuk) Wah, berhasil! Kita keluar dari perut ikan! Puji Tuhan! Ya udah, sekarang saya mau langsung naek busway ke Niniwe. Yu dadah, bye-bye! (pergi) |
Pinokio | Dah, Pino dan Papa juga harus terus berjalan ke Bukit Harapan....eh, tunggu..tunggu! Sepertinya ini Bukit Harapan..., iya bener! Wah, Pino seneng deh, ternyata keluar dari perut ikan langsung sampe ke Bukit Harapan! Asiik... Tapi, Malaikat Biru mana ya? |
Scene 7
---Sound 17 ON--- | |
Narator | Karena belum menemukan Malaikat Biru, Pinokio membawa ayahnya terus berjalan menyusuri jalan setapak yang dingin dan sepi. Hanya sedikit orang yang lalu lalang dengan sibuknya. |
Gadis Korek Api | (masuk, berjalan di antara jemaat) Korek api... Jual korek api.. Pak, beli korek apinya Pak.. Bu, korek api... (tetapi tidak ada yang menggubris) Dingin sekali malam ini.. huff (sesekali menggigil) Korek api Bu, untuk nyalain perapian... |
Pinokio | (masuk dari arah berlawanan) Huah, udah malem.. Kira-kira Bukit Harapan masih jauh ga ya? Ayo Pa, kita jalan terus! Ayo! Ayo! (Ga liat ada Gadis Korek Api, jadi bertabrakan, korek api jatuh berantakan) Aduh, maaf..maaf..jadi berantakan..! (bantuin mungutin) |
Gadis Korek Api | Gak pa-pa kok.. (sibuk meraba-raba lantai, mencari-cari) |
Pinokio | Eh..Ini korek apinya..(menyodori) kok ga kliatan? Kan persis di samping sini. |
Gadis Korek Api | (tersenyum kecil) Aku memang ga bisa melihat... |
Pinokio | Jadi kamu..buta? Kok jualan korek api? |
Gadis Korek Api | Iya.. soalnya aku mau bantuin keluargaku. Bantuin ibuku, aku sayang sama ibu. |
Pinokio | Wah, pasti ibu kamu baek banget ya..! |
Gadis Korek Api | (tersenyum kecil) Aku bersyukur aku punya keluarga, gimanapun keadaan keluargaku saat ini, aku tau kalo Tuhan mau aku jadi berkat di keluargaku... (tiba-tiba berdiri) Aku mau jualan lagi ah! |
Pinokio | Gimana kalo Pino bantuin jualan? |
Gadis Korek Api | Boleh..makasih.. |
Ibu Gadis Korek Api | (tiba-tiba datang sambil marah-marah) Heh, kamu!! Bukannya jualan, malah ngobrol! Dasar anak males! Udah laku berapa korek apinya, hah?! |
Gadis Korek Api | Ini, Bu... (menyerahkan uang) |
Ibu Gadis Korek Api | Apa?! Cuma segini?! Masa cuma segini yang kejual?! |
Gadis Korek Api | Malam ini kan malam Natal, Bu.. Semua orang sedang merayakan Natal, cuma sedikit orang-orang yang lewat di jalan. |
Ibu Gadis Korek Api | Haah, banyak alasan, dasar anak ga guna! Ayo pulang! Kali ini Ibu maafin, tapi besok — awas kalo ga kejual abis lagi!!! (menyeret Gadis Korek Api pulang) |
(Gadis Korek Api & ibunya pergi, sementara Pinokio berdiri mematung, masih menatap mereka) | |
Narator | Malam ini, dari seorang gadis penjual korek api, Pinokio belajar apa artinya memiliki keluarga. Memiliki keluarga berarti harus bersedia memberi yang terbaik bagi keluarga, dan bukan menuntut, mesti keluarga yang kita miliki bukan keluarga yang sempurna. ---Sound 17 fade out--- |
Scene 8
Narator | Beberapa saat setelah Gadis Penjual Korek Api pergi, dari langit malam yang gelap muncullah cahaya yang menyilaukan. |
Malaikat Biru | ---Sound 18 ON sampai habis--- Pinokio.... |
Pinokio | Malaikat Biru? Akhirnya malaikat muncul juga...! |
Malaikat Biru | Kamu telah membuktikan kasih dan ketaatanmu, sepanjang perjalanan kemari, tapi masih ada satu hal lagi yang harus kamu penuhi. |
Pinokio | Masih ada lagi? Apa lagi yang harus Pino lakuin? |
Malaikat Biru | Sama seperti syarat yang kuajukan pada Gepetto di malam itu : Pertukaran. Kali inipun, kalau kamu mau papa Gepetto kembali menjadi manusia biasa, kamu harus mau berubah kembali menjadi boneka kayu seperti semula. |
Narator | ---Sound 19 ON--- Pinokio terdiam. Ia sama sekali tak menyangka akan diberi pilihan yang begitu berat. Sementara ia berpikir, potongan-potongan pelajaran hidup yang telah di dapatnya, memenuhi kepalanya. |
(semua freeze, foto-foto flashback ditayangin) | |
Pinokio | Baiklah, Malaikat. Pino mau jadi boneka kayu lagi. Karena sekarang Pino tahu, hadiah Natal yang terindah buat Pino sebenernya udah Pino dapetin, yaitu memiliki Papa Gepetto sebagai keluarga Pino. |
Malaikat Biru | Apa kamu sungguh-sungguh, Pino? |
Pinokio | Iya, ayo ubah Pino dan Papa Gepetto sekarang. Pino siap. (memeluk Gepetto sebentar) Selamat tinggal, Papa. ---Sound 19 OFF fade out--- ---Sound 20 ON sampai habis-- |
- ---Sound 21 ON sampai habis--- (Terjadi goncangan hebat, Pinokio dan Gepetto jatuh, Malaikat Biru langsung menghilang) | |
Gepetto | (berdiri, langsung mencari Pinokio) Pinokio..! |
Pinokio | ---Sound 22 ON--- (berdiri juga) Papa! Papa udah kembali seperti semula! Eh...Pino kok---kok belum berubah ya? Pino kok masih jadi manusia? Dimana Malaikat Biru? Ini artinya Pino tetep jadi manusia ya? Hore, asiik! |
Gepetto | Terimakasih, Tuhan! Papa sayang kamu,anakku. Selamat hari Natal, Pinokio! |
Pinokio | Selamat hari Natal juga, Papa! |
Narator | (semua freeze) Belajar dari kisah ini, seringkali kita seperti Pinokio tadi, menuruti ego kita, sampai akhirnya hanya penyesalan yang akan kita dapat. Mulai saat ini, mari kita ambil keputusan : miliki hati yang mau dibentuk, diproses, ditempa, dan diajar oleh Tuhan. Jalan dan proses yang Tuhan ijinkan untuk kita alami, memang sulit dimengerti. Tapi pada akhirnya, pasti membawa hal yang indah luar biasa bagi kita yang taat. Pastikan Spirit of Discipleship itu ada dalam hati kita, dan bersama-sama maju, kita membangun gereja masa depan! |
(semua pemain naik ke panggung) | |
Pinokio | Demikian drama dari kami, biar segala kemuliaan hanya bagi Tuhan! (semua hormat) |
All | Selamat Hari Natal semua! ---Sound 22 OFF fade out--- |
3 orang majus modern
- (Lagu: Rumah kediamanmu, lalu masuklah dua orang miskin ke panggung, satu sakit satu kelaparan)......
- Lapar: Ah, disinikah bakti sosial itu? Kata mereka disini akan diberikan makan aku sampai kenyang makan 3 kali untuk hari ini......Lumayan, karena sudah 3 hari aku tak makan nasi, hanya makan ubi dan sayur daun ubi saja....perutku sudah berbunyi ngerock tidak keroncongan lagi......
- sakit: Mudah-mudahan disini tempatnya saudaraku, aku sudah demam 3 hari, berak 10 x sehari, muntah-muntah 5 kali...dan tidak ada uang untuk beli obat lagi.....mudah-mudahan disini bakti sosial yang bisa mengobati
- (Lalu masuklah 2 panitia aksi sosial, lagu jingle bell)
- P1: Ah.....akhirnya datang juga......satu orang lapar dan satu orang sakit untuk mengikuti aksi sosial kami.....
- P2: Kenapa Cuma 2 yang kau undang bro? Banyak sedikit kenapa sih?
- P1: Aduh...Kita kan bikin aksi sosial, bukan bakti sosial. kalau bakti sosial yang kita tonjolkan baktinya...Nah, kalau AKSI SOSIAL yang kita tonjolkan...AKSINYA.....Kalau pengumumannya terlalu luas, banyak sekali yang datang, berhimpit-himpit.... dorong-dorongan.. ..terinjak-injak...kan bisa celaka, kalau ada korban, malah kita dipenjara.....
- P2: Tetapi kan gak enak dilihat dikoran kalau yang kita bantu hanya 2 orang.....
- P1: Bisa diatur, kita potret kan pakai kamera digital......nanti diedit ditambahin di latar belakangnya dengan orang miskin lain, atau kita copy paste saja mereka berdua berulang-ulang....mudah, kan?
- (Masuklah 3 orang majus modern, lagu: BAPA UBAH HATIKU ...MENJADI YANG BAHARU...)
- Majus 1: Selamat malam, kami 3 orang majus datang, memenuhi panggilan rohani yang telah ribuan tahun berulang...Tuk membawa persembahan kepada Sang Juru Slamat Manusia yang kini terwakili pada yang sakit, yang miskin dan yang papa.....Disinikah dapat kami sampaikan persembahan hati kami?
- P2: AHA!!!! DONATUR UTAMA kami para majus dari timur, tenggara, selatan dan barat daya.... tlah tiba, saya kira kita dapat segera memulai upacara seremonialnya.......
- Lapar: Pak panitia, sebelum acara apakah saya sudah bisa minta sedikit konsumsinya, kaki saya sudah sangat lemah.....Dan teman satunya sudah sedemikian panasnya...dapatkah ditelannya sebiji obat penghilang demam?
- P1: Husss!!! Nanti dululah dik.....belom boleh minta makan dan minta obat......karena yang terpenting di AKSI SOSIAL INI ADALAH ACARA SEREMONIALNYA......Makan-makan itu nanti-nantilah....
- Majus 2: Apakah tidak sebaiknya kita tolong dulu mereka? Tampaknya keduanya mukanya seperti kurang berdarah....
- P2: Begini, pak majus...tidak apa-apa, kok...Mereka rata-rata sudah mingguan menderita, takkan bermasalah kalau kita suruh tunggu beberapa menit lagi saja....Karena AKSI SOSIAL INI SANGAT PENTING bagi kita, maka pembukannnya harus spektakuler dan menggugah jiwa......Nanti akan ada tari ballet yang menggambarkan ketulusan dan semangat sosial panitia, lalu ada persembahan lagu dari artis ibu kota.....artis dalam kota, bahkan artis-artis pinggiran kota juga boleh sumbang suara....Yang isi lagunya tentang kasih......cinta sesama...saling tolong menolong......pokoknya.......seremonial pembukaan AKSI sosial tahun ini harus lebih megah dari seremonial olimpiade beijing kemarin...
- (Sementara si P2 mengoceh, si sakit tambah menggigil di belakang........dipegangi si lapar......)
- Lapar: Pak panitia...bisakah berhenti sejenak upacaranya....minimal lihat dulu kondisi si sakit.....dia sudah tak berdaya...
- Majus 3: Sebenarnya, maksud kedatangan kami memang membantu orang-orang lemah itu.....bukannya mengikuti upacara ini yang penting........(Majus 3 pun berlutut memeriksa si sakit, yang lain sejenak 5 detik bengong melihat majus 2 mengeluarkan saputangan menyeka keringat si sakit.... tetapi langsung p2 menarik majus 3 ke depan lagi)
- P2: Begini pak Majus.....kadang-kadang orang-orang kecil itu LEBAY...mereka sudah lama sakit...kok baru menggigil sekarang? Itu berlebihan.....Acara harus dilanjutkan dulu....
- P1: Baiklah, sebelum dimulai kami bacakan dulu tertib acaranya...pertama kata pembukaan, kedua laporan dari ketua panitia...yang ketiga, kata sambutan dari orang majus dari Timur, yang keempat.....kata sambutan dari orang majus dari barat......(kata-katanya terputus karena dari samping si sakit terjatuh ke lantai dan si lapar pun menjerit heboh.....)
- Lapar: Si sakit pingsan.......si sakit pingsan.......Pak panitia, si sakit pingsan .....bagaimana....?
- P1: Kerokin saja dulu, jangan ganggu acara....jatah kalian masih lama!!!!
- (Majus 1 ke belakang dan memegang tangan si sakit)
- Majus 1: Pak panitia, nadinya berdenyut sangat lemah...
- P2: Ya, gak papa pak majus, yang penting masih ada denyut nadinya, kan? Mereka-mereka ini pada dasarnya tahan-tahan kok menderita....semangat juang mereka dalam hidup tinggi..
- P1: Betul pak majus......Kita sering melayani orang-orang miskin, sakit dan papa...karena jiwa sosial kami tinggi pak majus......jadi kita ngerti banget mereka....
- (Lagu :tak cukup hanya pujian semata, semua pemain lain mematung , kecuali si sakit yang bernafas tersengal-sengal, dan si lapar yang mengompres-kepala si sakit sampai lagu habis...)
- P2: Yak...untuk menghemat waktu......segera saja kita lanjutkan acara kita...dan sekarang kami persilahkan Majus dari Timur memberikan sepatah dua patah, ratusan patah, ribuan patah kata....gak papa...karena pengarahan bapak sangat penting bagi kami artinya...
- Majus 1: Baiklah....yang kami hormati.....
- Lapar: PAK........SI SAKIT TAK BERNAFAS LAGI!!!!!
- P2: Aduh, mengganggu terus orang-orang ini....Boleh dilanjutkan, pak
- Majus 1: Wah, nanti dulu sambutan-sambutan.....tujuan kami ke sini kan bukan mau sambutan...kami mau membantu mengobati si sakit dan yang belum makan....(lalu ke si sakit)
- P1: Tapi pembukaannya harus spektakuler, pak...
- Majus 2: Pembukaan itu acara tambahan.......tolong dulu yang gawat, upacara semenit-dua menit aja cukuplah ( menuju si sakit)
- Majus 3: Wah, tidak ada denyut nadi.......nafasnya berhenti......ayo kita bantu.....(adegan bantu pernafasan 1-2 menit)
- Majus 2: CUKUP SAUDARAKU.......SAMPAI DISINILAH BANTUAN KITA...Ternyata di acara sosial ini dia menemui ajalnya...
- Majus 1: Tragis, di acara sosial yang seharusnya dia tertolong, dia menemui kematiannya..
- Lapar: Apakah, saya harus mati juga? SAYA TERLALU LAPAR...
- Majus 1: panitia, cepat!!! Jangan mati lagi orang ini...AYO......Kasih makan....SUDAH CUKUP BANYAK KALIAN BERBICARA....MULAI SEKARANG BERBUATLAH............CUKUP BERKATA-KATA!!!
- (Majus, mengangkat mayat si sakit ke luar panggung......Si lapar akhirnya diberi p2 roti dan makan dan lalu semuanya keluar panggung...Semua adegan itu diiringi lagu
BALADA BANGKU YANG TAK KOSONG
- LAGU: Hati seorang hamba, samuel AFI (dinyanyikan VG komisariat........panggung 2 tempat penyanyi lampu sorot menyala, panggung 1 tempat pemain drama, lampu redup)
- (Selesai lagu, panggung 2 lampu mati, panggung 1 lampu sorot menyala, lalu masuklah si Bung……celingak-celinguk melihat ke arah penonton, lalu mendesah)
3. BUNG: Ah, untuk apa mereka itu semua datang menuh-menuhin gereja di malam natal ini? Sampai tidak ada bangku kosong yang tersisa untukku? Aku yang biasanya selalu duduk di bangku depan baris kedua dari kanan, tempat yang paling dekat dengan mimbar kotbah…..eh….di malam ini bangku itu telah terisi, tak ada yang peduli padaku. Padahal, jika bukan pada kebaktian perayaan malam natal, tidak sampai sepertiga gereja ini yang terisi. Semua mereka sibuk……..mengurusi anak, mengurusi bisnis, arisan kantor, dugem di diskotik…………Hanya aku dan sekitar 50 an orang saja yang selalu setia ikuti kebaktian hari minggu atau kebaktian keluarga di gereja ini. Tapi mengapa saat malam natal yang sangat istimewa seperti ini…….JUSTRU TIADA BANGKU KOSONG TERSISA UNTUKKU? BAHKAN TAK TERSISA SATUPUN BANGKU UNTUK ANAK SEKOLAH MINGGU……YA, ANAK SEKOLAH MINGGU YANG KUBIMBING SELALU….BIASANYA ADA SATU ATAU DUA BANGKU MUNGIL ITU KOSONG SAAT KEBAKTIAN, TETAPI HARI INI BAHKAN BANGKU2 MUNGIL ITU PUN SUDAH DIISI OLEH NAPOSO BULUNG, yang badannya gemuk pula. KALAU KURSINYA PATAH, GIMANA COBA?
4. ( Si Bung tertunduk, sedih, masih diatas panggung, lampu panggung 1 TETAP HIDUP, lampu sorot panggung 2 PADAM)
5. Tarian anak-anak sekolah minggu ( usahakan yang ceria, MENARI DI PANGGUNG 1 ATAU DI DEPAN PANGGUNG 1, SI BUNG MENYINGKIR)
6. (Selesai menari si bung masuk lagi, masih lesu)
7. BUNG : Yah, anak-anak sekolah minggu. Aku telah membimbing mereka sejak dulu. Dengan sukacita kuceritakan pada mereka janji keselamatan. Dengan cinta kuteladankan mereka kasih kristus. Dengan kasih sayang kuajari mereka bahagianya menjadi orang kristen. Dan yang tak terlupakan........di sekolah minggu ini juga aku bertemu pertama kali dengan pujaanku, belahan jiwaku, permata hidupku.......( masuklah si Yayang, tunangan si Bung, masuk gaya ballet kalo bisa, lalu berdiri malu2 di sudut kanan panggung).....................Ya, dialah yayang .....dialah darahku, dialah nadiku...(menyanyikan lagu SEMPURNA, ANDRA DAN THE BACK BONE).......temani diriku di setiap langkahku......oh, yayang engkau begituuuuuuuuuuuuuuuuuu....... sempurna........... Dia lah guru sekolah minggu yang paling ramah, paling sayang anak-anak.....paling merdu suaranya..........6 bulan kudekati, 6 bulan kuakrabi, 6 bulan ku bicara dari hati ke hati.........sampai akhirnya kuungkapkan rasa cinta ini padanya......................Duhai Yayangku, aku cinta padamu. Ada pertanyaan?
8. Yayang: Ah.......aku juga suka kamu, Bung...tidak perlu dipertanyakan lagi itu (Bung memberi bunga ke Yayang, lalu pergi keluar panggung)
9. (Panggung 1 padam, panggung 2 nyala: lagu Semua karena cinta, Joy Tobing, oleh komisariat:...., selesai lagu panggung 1 hidup, panggung 2 padam, si Bung sudah diatas panggung melamun, ditegur P1)
10. P1 Hei, Bung! Mengapa kau melamun di luar gereja yang dingin ini? Bukankah Bung selalu setia duduk di depan altar pada setiap kebaktian? Mengapa kebaktian malam natal yang begitu hikmat dan istimewa ini Bung justru diluar?
11. Bung Kau lihat teman.......lihat!!!!! SEMUA BANGKU DI GEREJA PENUH!!!! TIDAK ADA YANG TERSISA UNTUKKU!!! Semua orang yang biasanya malas kebaktian, pada berdatangan malam ini.... untuk apa? Apa dosa setahun mereka pikir dapat ditebus dengan ke gereja satu hari???
12. P1: Ya...bangku gereja memang penuh total. Tapi Bung kan tidak harus menunggu di luar ini, nanti masuk angin.......masuklah ke gereja......bukankah Bung termasuk orang yang ikut bersusah-susah membangun gereja ini pertama kali?
13. Bung: Iya........seperti kau tahu saudaraku......aku yang paling susah payah menghadap pejabat ini, pejabat itu untuk mohon ijin gereja ini dibangun. Aku ikut mengangkut balok-balok kayu itu sendiri saat tiang-tiang gereja ini dipancangkan. Yah....saat itu, waktu gereja ini baru dibangun........belum banyak donatur yang biasa pedikuuur dan menikuuurrr..............sehingga, kami usahakan semua sendiri...tanpa ada yang peduli.....tapi diantara kelelahan, dan kelemahan kami.......ada tangan Tuhan, menguatkan kami........membangkitkan semangat kami...hingga walau sepertinya mustahil...gereja ini akhirnya berhasil berdiri......
14. (Panggung 1 padam, panggung 2 nyala, lagu: You Rise me up, george groban, oleh VG....., selesai lagu panggung 1 nyala, panggung 2 padam, masuklah 2 pemuda menegur Bung .)
15. P2: Hei, Bung kenapa kau berdiri sendirian di halaman gereja ini?
16. P3: Bung teman baikku. Sudah setahun tak bertemu......di gereja....kenapa bertemu kamu harus di halaman ini? Bukankah kamu orang penting di gereja ini?
17. Bung: Coba lihat......coba kalian lihat dengan mata kalian yang bulat lekat lekat.........Bangku di gereja....semua penuh!!!!!!tidak ada satu pun bangku yang tersisa untukku..........
18. P2: Apa??????Bangku di gereja semua penuh? Wah fantastis!!!! (sambil celingak-celinguk tersenyum)
19. P3: Wow......EUREKA!!! AMAZING!!! UNBELIEVEBLE... Bangku di gereja penuh......ini patut di catat dalam sejarah..........tak pernah-pernahnya orang begitu antusias ke gereja
20. P3: Tetapi Bung, kenapa kau tidak ikut bergembira ikut ke sana bersama yang lainnya?
21. Bung: Untuk apa? Tidak ada seorang pun menghormatiku....tidak ada seorang pun mengingat aku....tak ada satupun bangku kosong disisakan untukku.......Padahal sewaktu mei 98....saat gereja ini mau dibakar orang waktu kerusuhan....saat semua orang lari tunggang langgang bersembunyi........aku yang paling depan maju...aku dan yang lainnya berhasil menghalau para perusuh sehingga gereja ini tidak jadi dibakar...........lihat di perut kananku ini, lihat!!!!! (Bung mengangkat sedikit baju kanannya, ada bekas jahitan di sana...)
22. P2: Wah....ini luka akibat kekerasan para perusuh?
23. P3: Hebat benar.......Ini bekas sobekan perjuangan Bung mempertahankan berdirinya gereja?
24. Bung: Bukan......ini bekas operasi usus buntu......
25. P2 + P3 (Tertawa) Oh...operasi usus buntu
26. Bung: Tapi usus buntu ini terjadi karena aku kecapean dan tidak teratur makan saat berjaga-jaga di depan gereja.....jadi masih ada hubungan, kan? (lalu Bung menyanyikan lagu Raja: manusia biasa): AKU HANYALAH MANUSIA BIASA YANG TAK BISA LEPAS DARI...USUS BUNTU.....(P2 dan P3 mengangguk-angguk setuju)
27. P2: Teman, kita bisa banyak promosikan usaha kita di malam ini pada orang yang penuhi gereja.....aku punya kue 8 jam, kue 24 jam, kue 48 jam....bahkan kue yang 365 hari juga masih ada......
28. P3: Iya..iya....aku juga mau ke gereja...akan kutawarkan hiburan khas natalan......badut khas natalan, quizz khas natalan, lawakan khas natalan bahkan aku punya grup sexy dancer khas natalan.......pokoknya...asal ada kata merry chrismastnya, Joy of the world, Jinggle bell, hiburan kita pasti dianggap khas natalan......kami pergi ke gereja dulu , Bung....selamat termenung...... (P2 dan 3 pergi ke penonton, Panggung 1 padam, panggung 2 nyala, komisariat menyanyikan lagu: I Will Follow him, versi sister act, sehabis lagu, panggung 1 nyala, panggung 2 padam, Masuk yayang).
29. Yayang: Bung, kucari-cari kau di dalam.......kau tidak ada...kau di sini.......tak kulihat suka citamu seperti kebaktian-kebaktian lalu.....kenapa kau murung berdiri termenung di luar sini???
30. Bung: Tak kau lihat itu, sayangku??? Tak kau lihat di sana buah hati ku? Semua bangku gereja penuh!!! Tak disediakan satu bangku kosong untukku........
31. Yayang: Bukan, kah itu bagus, Bung. Mereka yang jarang ke gereja sudah datang.....ada rasa rindu di hati mereka......pada si Anak Domba...walau pun setahun sekali?
32. Bung: Ah, untuk apa mereka menuh-menuhin gereja satu tahun sekali, sehingga aku tidak ada tempat pada perayaan ini?
Saat gereja ini susah payah dibangun...dimana mereka? Saat gereja ini hampir dibakar perusuh....dimana mereka? Saat kebaktian minggu yang sepi, hanya 50 orang yang mengikuti, dimana mereka?
Saat gereja ini susah payah dibangun...dimana mereka? Saat gereja ini hampir dibakar perusuh....dimana mereka? Saat kebaktian minggu yang sepi, hanya 50 orang yang mengikuti, dimana mereka?
33. Yayang: Bung...............aku Yayangmu....aku tadi duduk...tapi aku kemudian berdiri...kuberikan tempat dudukku pada seorang pemuda yang seluruh badannya bertatto, seluruh kuping dan hidung bertindik dan dia anggota geng motor yang sudah 4 tahun tak ke gereja.........Aku bukan takut dengannya, tapi aku kasih dia Bangkuku karena aku bahagia...ada satu domba yang hilang mau ke gereja lagi malam perayaan natal ini............Siapa tahu, dari ratusan orang di dalam yang hanya sekali setahun ke gereja waktu malam natal ada beberapa orang yang disentuh roh kudus.....dan terpanggil malam ini..............Bung......Kebahagiaanku dengan memberikan bangkuku pada orang yang paling jarang ke gereja........Akan lebih berkesan bila Bung beridiri di kebaktian disampingku........walau tanpa bangku...yang penting....kita kebaktian bersama
34. (Musik instrumen lagu Kasih yang sempurna – samuel-aFI)
35. Bung: Ah............Maafkan aku Yesus......Ternyata aku selama ini picik sekali, segalanya kulakukan untuk gereja ini dengan semangat empat lima....tanpa kenal lelah...........tetapi hanya karena tidak mendapat satu kursi kosong saja di kebaktian malam natal...Imanku ternyata sudah rapuh berkeping-keping......Bapa di surga dengan bersukacita datang berlari-lari menyambut anak bungsunya yang telah lama hilang.....sedangkan aku...si anak sulung bersungut sungut hanya karena tiada bangku yang kosong.....Jadilah kehendakMU Tuhan...jadilah kehendakMu......
36. Lagu: Kasih yang sempurna...Oleh........................TUKANG ROTI
(Masuklah tukang roti ke panggung)
Tukang roti : Roti! Roti! Rotiiiiiiiiiiii!
Roti! Roti! Rotiiiiiiiiiiii!
(berdendang)
Inilah hidup si tukang roti
Kalau laris anak-istri bernyanyi
Kalau sial dimakan sendiri!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar